Cerita Sex Menikmati Memek Temben Tante Lin

Desahan Manja, Cerita Sex Menikmati Memek Temben Tante Lin – Gw Ranggit, saat ini gw sedang kuliah di PTS Bandung dan ngekos di daerah Jl. Sikaloa. Kejadian yang akan gw ceritakan ini terjadi saat gw sedang berkunjung ke rumah pacar gw, Vina. Mungkin kira-kira sekitar setengah sampai setahun kurang lah kejadian itu telah berlalu.
Dengan rasa canggung gw yang baru pertama kali datang ke rumah pacar gw itu, Cuma bisa terduduk menunduk malu di pekarangan rumah. Apalagi ketika kedua orang tua Vina datang menyapa gw, meskipun mereka berdua sangat baik pada gw, tetap saja gw merasa sangat malu. Mungkin emang pada dasarnya gw orangnya pemalu ya hehehehhe.

Apalagi tante Lin, ibunya Vina. Beliau sangat ramah sekali pada gw, bahkan gw bisa langsung akrab dengannya hanya dalam satu pertemuan. Mungkin ini karena sifat tante Lin juga yang gaul dan gampang berbaur dengan anak muda. Sedangkan Om Heri, seperti para bapak biasanya, orangnya kaku dan sedikit cuek tentunya.

Akhirnya hari pertama gw ketemu dengan orang tua pacar gw berjalan dengan sukses, dan esoknya gw berjanji untuk datang kembali ke rumah mereka untuk berkunjung. Katanya sih tante Lin akan membuat kue pada hari itu, dan katanya gw harus mencobanya hehehe. Gw pun berjanji akan datang sekitar jam 10 pagi.

Esoknya sesuai janji gw dateng ke rumah Vina untuk berkunjung, namun ternyata Vina sama om Heri sedang pergi sebentar untuk membeli perlengkapan untuk acara nanti siang, gw juga ga tahu acara apa yang tante Lin maksud.

Akhirnya kami berdua berbincang-bincang sambil menunggu kedatangan mereka berdua. Tante Lin sangat asyik diajak bicara, karena gw tidak merasa canggung sama sekali dengan tante Lin. Hingga akhirnya perbincangan gw dengan tante Lin mulai menjurus ke berbau sex, lebih tepatnya tante Lin tanpa canggung menceritakan keluhnya saat berhubungan dengan om Heri.

“ Iya, git. Si om Heri itu maunya buru-buru, eh pas dia dah keluar malah langsung tidur.

Tante kan jadi kesel. Mana dia ga peka lagi.” Ucap tante Lin menggerutu.

“ Mungkin sebaiknya tante ngomong secara jujur ke om Heri.” Ucap gw dengan nada canggung.
“ Udah, Git. Tapi si omnya ajah yang ga peka, malah cuek gitu.” Ucap tante Lin sambil menghirup air tehnya.

“ Ooo gitu ya, eh ngomong-ngomong hobi tante apa?” Tanya gw yang mencoba mengalihkan pembicaraan.

“ Hobi ya? Hobi yang kaya gimana tuh?” Tanya tante Lin.

“ Ya hobi apa saja, pokoknya sesuatu yang tante sukai.” Ucap gw menjelaskan maksud gw.

“ Hobi tante itu nyium bau kontol.” Ucap tante Lin datar, ekspresinya sama sekali tak berubah.

Bahkan ia seperti sedang membicarakan sesuatu yang wajar saja.

“ Eh?”

“ Iya, kan kontol ada aromanya tuh? Tante paling suka sama aromanya. Bikin tante rilex banget.” Ucapnya.

“ Ooo begitu ya…” Ucap gw yang kini harus memutar otak lagi untuk mencari topik lain.

Tiba-tiba tante Lin mendekati gw dan mengarahkan hidungnya ke arah selangkangan gw. Tentu saja hal itu membuat gw kaget sekaligus terkejut. Gw sampe salah tingkah melihat tingkah aneh tante Lin itu.

“ Eh tante, nga-ngapain?”

“ Bau kontol kamu enak juga, tante boleh nyium baunya kan?” Ucap tante Lin santai.

“ Tapi tante, Ranggit malu kan.”

“ Kenapa malu? Cuek ajah lagi. Boleh ya?” Ucap tante Lin memohon.

Karena gw bingung, gw pun mengangguk dan menyetujui keinginan aneh tante Lin. Begitu mendapatkan lampu hijau dari gw, kepala tante Lin langsung menyosor ke selangkangan gw dan menciumi kontol gw dibalik celana jeans gw.

“ Sumpah Git, bau kamu enak banget.” Ucap tante Lin. Gw hanya diam saja, sebab gw ga tau itu tuh pujian atau apa.

Dalam pikiran gw, gw sangat tersiksa karena gw mencoba sebisa mungkin agar tidak konak saat tante Lin menciumi bau kontol gw. Tak lama kemudian tante Lin menatap gw dengan tatapan serius.

“ Git buka celananya gih, kena bahan jeans ga enak banget.” Ucap tante Lin.

“ Ta-tapi Ranggit Cuma pake boxer tanpa celana dalam ajah tante.” Ucap gw dengan wajah merah saat mengatakan hal itu. Itu adalah pengakuan gw yang paling memalukan.

“ Ya ga apa-apa, dibuka ya celananya,, please,,,” Ucap tante Lin memohon.

Melihat tatapan yang sangat memohon tante Lin membuat gw menjadi tidak tega dan lagi-lagi menyetujui keinginan aneh tante Lin itu. Gw langsung membuka celana jeans gw dan menanggalkannya di hadapan tante Lin. Tante Lin sedikit terpesona dengan tonjolan pada celana boxer gw.

Begitu gw duduk kembali tante Lin langsung kembali menciumi kontol gw. Sebenarnya gw ingin sekali keluar dari situasi ini, selain karena kami melakukannya di ruang tamu yang pintunya terbuka lebar, sehingga gw takut ada tetangga yang masuk. Gw juga takut hal ini ketahuan oleh si om Heri dan Vina.

Dengan ganas menciumi kontol dan mengocoknya secara cepat, otomatis pertahanan gw akhirnya goyah juga dan kontol gw ereksi dengan cepat. Tanpa sadar gw menikmati apa yang tante Lin lakukan pada gw, begitu gw sadar dari rasa nikmat ternyata tanpa gw sadari tante Lin telah memploroti boxer gw dan sedang mengoral kontol gw dengan rakusnya.

Tanpa sadar tangan gw mulai menjenggut rambut tante Lin dan mendorongnya ke kontol gw dan memaksanya mengoralnya dengan cepat. Mendapatkan perlakuan seperti itu, tante Lin menjadi semakin bernafsu dan semakin liar mengoral kontol gw.

“ Kamu suka kan Git?” Tanya tante Lin.

“ Iya tante,,, arrrrr.” Ucap gw sembari mengerang kenikmatan.

Tante Lin tiba-tiba menghentikan aksinya dan menggiring gw ke arah dapur, di sana tante Lin langsung melerotkan celananya hingga sepaha dan menuntun kontol gw untuk memasukannya ke dalam mekinya.

Tanpa komando dua kali gw langsung mengarahkannya ke arah meki tante Lin. Awalnya terasa sangat sulit dengan posisi seperti itu, namun berkat bimbingan jemari tante Lin, kontol gw akhirnya berhasil masuk juga ke dalam liang senggamanya.

Gw mulai mengocok dengan cepat kontol gw di dalam meki tante Lin. Meskipun tante Lin sudah memasuki usia kepala empat, tapi mekinya masih tetap seret dan kesat. Pasti tante Lin merawatnya dengan baik.

“ Arrr,,,” erang tante Lin.

“ Gimana tante?”

“ Enak banget Git, lebih cepet.”

Tiba-tiba gw merasakan ada cairan hangat dari liang senggama tante Lin, dan capitan tante Lin pun semakin keras. Mungkin itu tanda tante Lin telah mencapai klimaksnya. Kini giliran gw yang mencapai klimaks gw.

Namun belum sempat gw mencapai klimaks, tiba-tiba sosok om Heri muncul dari ruang tamu dan melihat langsung ke arah gw. Untungnya gw masih mengenakan kaos, sehingga masih terlihat normal dihadapan om Heri karena bagian pinggul ke bawah gw tertutup meja dapur. Dan untungnya lagi celana dan boxer gw bawa ke dapur sehingga tak meninggalkan jejak di ruang tamu.

“ Eh, su-sudah pu-pulang om?” Tanya gw gugup, sedangkan kocokkan gw masih terus.

“ Iya nih.” Ucap om Heri.

“ Vi- Vinanya mana om?” Tanya gw.
“ Dia lagi ke warung dulu di depan perumahan, katanya ada yang lupa dibeli.” Ucap om Heri sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. “ Tante mana?”

“ E,,, mungkin lagi ke warung om. Ta-tadi katanya ada yang harus dibeli.”

Mendengar ucapan gw om Heri langsung mengangguk-angguk dan berjalan ke arah kamarnya untuk kamarnya untuk menaruh beberapa barangnya. Melihat itu gw langsung menghentikan kocokkan gw dan menyuruh tante Lin untuk segera merapikan dirinya. Tetapi tante Lin sama sekali tak mau mendengarnya dan langsung mengoral kembali kontol gw.

Om yang telah selesai menyimpan barang-barangnya kembali ke luar kamar dan mendekati gw. Ia mulai menyusun barang belanjaannya di meja dapur tepat di hadapan gw, secara otomatis gw pun sambil membantu om Heri untuk menyusunnya. Sumpah gw tersiksa banget dalam kondisi ini.

Tiba-tiba gw merasakan akan ada sesuatu yang keluar dari kontol gw, dan tanpa gw pertahankan lagi sperma gw muncrat ke mulut tante Lin yang langsung ditenalnny. “ Crot,,,crot,,,crot,,,”

“ Arrrrrgghhhh,,” Erang gw secara spontan karena merasakan nikmat.

“ Ada apa Git?” Tanya om Heri bingung.

“ Ga ada apa-apa om.”

Untungnya om Heri percaya dengan ucapan gw dan beberapa saat kemudian masuk kembali ke kamarnya, begitu melihat kesempatan itu gw langsung memakai celana gw dan melesat ke ruang tamu, begitu juga tante Lin yang langsung merapikan dirinya dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa di dapur.

“ Loh mah kapan datang?” Tanya om Heri yang terkejut melihat kehadiran tante Lin di dapur, sedangkan gw yang sudah ada di ruang tamu Cuma bisa harap-harap cemas mendengarkan di ruang tamu.

“ Baru ajah kok, pah. Emangnya ada apa?” Tanya tante Lin.

Meskipun pada sebelumnya tante Lin mengeluhkan tentang suaminya, gw lihat keduanya sangat mesra dan tanpa canggung berciuman di siang bolong, bahkan tak malu kalau tak sengaja gw melihat mereka. Lalu dengan menjilati bibirnya sendiri, om Heri terlihat sangat bingung.

“ Kok asin dan berlendir ya ma? Habis makan apa emangnya?” tanya om Heri.

“ Ada ajah, tapi enak kan pa?” Tanya tante Lin.

“ Iya, sih.” Lalu keduanya kembali berciuman.

Waduh sepertinya om Heri juga menikmati calon anak gw itu, dalam hati gw ingin ketawa juga melihat kejadian konyol itu. Setelah Vina kembali, kami berempat akhirnya menggelar acara panggang-panggang di pekarangan rumah.

Sejak saat itu gw sering sekali melakukan hubungan terlarang dengan tante Lin, dan untungnya Vinda dan om Heri belum curiga sama sekali. Do’akan jangan sampai terbongkar ya..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *